>

HUBUNGI HP 081332003107

Sabtu, 10 April 2010

Bencana Itu Terlahir Dari Ucapan

Bencana Itu Terlahir Dari Ucapan


"Banyak orang masuk neraka karna ini dan ini,maksudnya karna kemaluan dan ucapannya" (hadits).
Sesungguhnya lisan adalah penerjemah resmi organ-organ tubuh, kalimat yang mengungkap niat. Orang-orang beriman senantiasa berhati hati dengan menggunakan lafazh dan kata-kata yang akan di ucapkan oleh lisannya. Allah Swt berfirman yang artinya:"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar." (Al- ahzab: 70).
Orang-orang yang beriman memiliki kata-kata yang mereka pergunakan pada waktu yang di hajatkan. Jika terjadi musibah dan bencana menimpa mereka, mereka mengucapkan, "inna lillahi wa inna ilaihi Raji'un." Jika mereka di takut takuti dangan sesuatu yang menakutkan dan di ganggu dengan gangguan sebuah kabar mereka akan berucap, "hasbunalloh wa ni'mal wakil". Jika meraka tidak mampu membawa beban berat dan tidak mampu melakukan sesuatu, maka keluar ucapan, "laa haulawala Quwwata illa billahi al-'ali al azhim". Sementara manusia yang sering meragukan dan orang-orang munafik, mereka juga memiliki kalilmat-kallimat yang lemah selemah jiwa mereka, yang berantakan seperti berantakannya prinsip-prinsip mereka. Diantaranya adalah perkataan mereka yang dijelaskan dalam Al- Qur'an yang artinya: "kalau mereka tetap bersama kami mereka tidak akan mati atau terbunuh". (Ali- Imron: 156). Dan juga dalam surah Ali Imran: 168 yang artinya: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Dalam ayat lain, di sebutkan ucapan mereka "Alloh dan Rosulnya tidak menjanjikan kami kecuali tipu daya". (Al-ahzab: 12). Dan masih banyak ungkapan-ungkapan yang lainnya yang menunjukkan kemerosotan mental dan kesesatan mereka.
Ketetapan ucapan adalah gambaran ketetapan pandapat, indahnya lafazh merupakan kesempurnaan akal, dan pemillian kata yang tepat berasal dari cahaya akal budi. Tatkala anak-anak Nabi Ya'qub as meminta kepadanya untuk mengizinkan mereka membawa Yusuf as, Ya'qub as mengkhawatirkan mereka melakukan sesuatu yang tidak baik kepada anaknya Yusuf. Padahal yang paling tepat kala itu adalah tawakal kepada Alloh Swt, dan sebaik-baik tempat bersandar adalah kepada-Nya. Dan ini ada pada Ya'qub as ketika itu..
Kecintaan pada anaknya yang membuatnya melontarkan kata, "aku khawatir kalau- kalau dia di makan srigala". ( Yusuf: 13 ). Ungkapan ini telah membuka celah alasan bagi mereka dan mereka-rekanya. Maka merekapun datang pada Ya'qub setelah membuang Yusuf ke dalam sumur, "lalu dia di makan srigala". (Yusuf:17 ) Demikian juga dengan Yusuf, tatkala dia diajak melakukan kemungkaran terlontar darinya ucapan sebagai mana yang disebutkab dalan Al- Qur an, "Yusuf berkata, "Wahai tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku. " (Yusuf: 33).
Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa sebenarnya ampunan dan Afiat lebih baik dari pada penjara. Akibat ucapan itu, Yusuf pun di penjara. Didalam gelapnya penjara, kepedihan kurungan, dia berkata kepada temannya yang akan dikeluarkan dari penjara, "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu." (Yusuf: 42), yakni pada rajamu. Padahal Alloh Swt adalah dzat yang paling dekat untuk di sebut. Maka jawaban dari ucapan ini adalah, "karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya". (Yusuf: 42).
Sementara itu fir'aun sang durjana berseru: "dan (bukankah) sungai-sungai itu mengalir dibawahku". (Az-Zukhruf: 51). Akibat ucapannya ini, maka ganjaran yang ia dapatkan adalah Alloh mengalirkan air diatas kepalanya kala dia tenggelam dengan sangat mengenaskan. Salah seorang munafik yang murtad, sifat nifaknya menyingkap kata-katanya. Maka Alloh berfirman: "mereka rela bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang, dan hati mereka telah di kunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad)". (At-taubah: 87). Maka datanglah ijin, namun dangan ancaman, "ketahuilah bahwa, mereka telah terjerumus ke dalam fitnah". (At-Taubah:49). Dengan demikian bencana lahir dari ucapan, Memperhatikan omongan itu wajib, sebagaimana wajibnya memperhatikan amal perbuatan. Sebab hati itu ibarat bejana dimana lisan mendidihkan isinya.
Dalam buku (Bazarjamher) disebutkan: Bahwa seorang pemburu sedang mencari merpati di sebuah hutan tatkala dia telah dilanda putus asa, dia bermaksud untuk kembali kerumahnya. Namun tiba-tiba merpati itu berteriak, "di sana tak ada merpati"…. !!!, maka akibat ucapannya itu merpati tersebut tertanggkap.
Banyak kepala yang terpaksa menggelinding dan lepas dari badan karna kalimat ucapannya. Betapa banyak otak yang harus terbuai karna pemiliknya mengungkapkan kata-kata yang tidak benar dan tidak berarti apa-apa. Betapa banyak leher yang di putus karna lisan pemiliknya, salah dalam mengucapkan perkataan keji yang tidak di benarkan oleh Al Khalil ataupun Sibawaih (keduanya ahli Gramatika Bahasa Arab,pen). "Tidaklah manusia juga di tenggelamkan kedalam api Neraka karna keteledoran lidahnya?". Ingatlah firman Alloh "Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalau hadir". (Qaaf: 18).
Lisan itu zhalim dan tidak berhak di penjarakan sebelum melakukan dosa-dosa. Berhati-hatilah dalam bertutur kata, sebab setiap ucapan yang terlanjur terucap tidak dapat ditarik kembali. Pada umumnya manusia itu merasa sakit jika luka terkena oleh pedang, tapi lebih sakit lagi, jikalau luka karna ucapan. Lisan bisa saja lebih tajam dari pada pedang, meskipun pedangnya Sayyidina Ali ra. (Zulfikhar). Fitnah lebih kejam dari pada membunuh. Tidak ada tempat tinggal bagi seorang setelah kematian kecuali apa-apa yang telah di bangun selama hidupnya, jika dibangun dengan kebaikan maka tempat tinggalnya juga baik, dan jika dibangun dengan kejahatan maka jelek juga bangunannya. Waallahu a'lam…!!

0 komentar:

win gayo ku nasar woy by : sadum_andes@yahoo.com cinta akan selalu milik nasar