>

HUBUNGI HP 081332003107

Sabtu, 10 April 2010

DINAMIKA ISLAM DAN POLITIK INDONESIA

DINAMIKA ISLAM DAN POLITIK INDONESIA


Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan suatu bangsa yang mayoritas penduduknya adalah Muslim yaitu sekitar 90 persen (Feith & Castles 1988: 195). Agama Islam adalah agama yang banyak dianut oleh penduduk dan warga negara Indonesia tetapi selain itu ada juga para penduduk dan warga negara Indonesia yang menganut agama non-Islam diantaranya Kristen, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghuchu dan agama lainnya yang dapat dikatakan penganut agama yang minoritas dari pada penganut agama Islam di Indonesia. Sehingga banyak kalangan, baik masyarakat; politisi; pengamat politik; mahasiswa; agamawan; birokrat; dan lain-lain, yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan suatu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini juga diperkuat dengan adanya pernyataan dari Menteri Luar Negeri Indonesia, Hasan Wirajuda, tentang bargaining power dalam diplomasi Indonesia dengan negara lain bahwa Indonesia adalah suatu negara dengan penduduk muslim moderat terbesar yang demokratis.
Jika kita lihat lagi dari sejarah Indonesia pada zaman kerajaan, banyak berdiri kerajaan yang berpedoman dan berideologikan Islam seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Ternate dan Tidore dan lain-lain. Berdasarkan fenomena tersebut maka kehidupan masyarakat pada waktu itu tidak asing lagi dengan kehidupan yang bernuansa Islami dimana segala sesuatunya berpedoman pada al-Quran dan al-Hadist. Sementara itu, semangat perjuangan para ulama dan orang-orang Islam dalam melawan kolonialisme atau penjajahan yang dilakukan oleh Belanda, yang sudah masuk dan menjajah Indonesia pada zaman kerajaan pada waktu itu, sangat besar untuk membawa Indonesia terlepas dari belenggu dan rantai penjajahan yang pada akhirnya menuju Indonesia Merdeka, seperti yang kita rasakan sekarang.
Menurut Herbert Feith, banyak sekali pembrontakan melawan penjajahan Belanda pada waktu itu bernaung di bawah panji-panji bendera Islam (Feith & Castles 1988: 195). Di sini terlihat betapa risaunya para ulama dan orang Islam untuk memandang fenomena penjajahan yang sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran dan kaidah-kaidah Islam dan bahwa perlakuan yang tidak adil dan merampas hak milik dan apa yang menjadi hak seseorang sangatlah diharamkan dalam Islam. Hal ini menunjukkan bagaimana peranan Islam dalam menyikapi kehidupan yang tidak hanya sekedar kehidupan tetapi juga ada masalah humanity di dalamnya yang segala sesuatunya telah diatur dengan cermat sesuai dengan fitrah manusia sebagai mahluk ciptaan Allah swt.
Selain itu, bisa kita lihat bagaimana para ulama atau para cendekiawan muslim atau pun raja pada waktu itu menggerakkan masa atau rakyat untuk melakukan suatu gerakan perlawanan terhadap para penjajah yang memang bertentangan dengan nilai-nilai Islam atau nilai-nilai kemanusiaan umumnya. Gerakan perlawanan yang didasarkan pada hukum-hukum Islam demi mencapai suatu kemerdekaan waktu itu -dalam arti luas- adalah kemerdekaan untuk beribadah kepada Allah swt. dan menegakkan syariat Islam. Dalam perjuangan tersebut tampak bagaimana Islam mewarnai semangat untuk melawan kemungkaran yang ada. Artinya Islam dan nilai-nilainya bukan sekedar atau sebatas sebagai ajaran agama saja, melainkan lebih dari sekedar agama yaitu, dapat dijadikan sebagai pedoman hidup atau sebagai suatu ideologi dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan dalam segala dimensi kehidupan yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Drs. T. May Rudy (2003: 70), yang disadur dari pendapat DR. Yusuf Qardhawy dalam bukunya “Umat Islam Menyongsong Abad ke-21,” bahwa kenyataannya agama merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi pembentukan peradaban atau kebudayaan. Dari situ, dapat dimengerti mengapa Islam sangatlah berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia pada waktu itu bahkan sampai sekarang.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada masa pra-kemerdekaan telah hadir atau bermunculan suatu gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi masa, sosial dan pendidikan keislaman, yang pada masa berikutnya yaitu masa kemerdekaan dan pasca-kemerdekaan berkembang menjadi aliran politik, partai politik, organisasi sosial dan pendidikan atau pun sebuah aliran keagamaan saja dan lain-lain, yang ikut mewarnai proses kedinamikaan Indonesia menuju kemerdekaan dari para penjajah. Dan tak jarang, adakalanya gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi masa keislaman pada waktu itu berselisih paham mengenai ajaran Islam sendiri, tetapi yang perlu ditekankan disini adalah aspek kebersamaan dalam menyatukan semangat untuk melawan penjajah dan keinginan untuk merdeka serta bagaimana pengaruh gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi masa keislaman tersebut pada proses kedinamikaan Indonesia, baik di bidang politik khususnya, maupun di bidang-bidang lainnya seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Pemahaman mereka mengenai Islam telah banyak melahirkan suatu pemikiran mengenai bagaimana "pesan-pesan" dalam al-Quran dan al-Hadist dapat diimplementasikan dalam kehidupan dunia ini untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia dan membentuk suatu kehidupan yang berpedoman dan berasaskan pada Islam serta membawa negeri ini pada suatu negeri yang baldatun toyyibah warobbun ghofuurun. Amien ya robbal alamien.

0 komentar:

win gayo ku nasar woy by : sadum_andes@yahoo.com cinta akan selalu milik nasar